Kamis, 21 Januari 2010

Kebiasaan mengungkit masa lalu [",]

Bagi pria, persoalan yang telah mencapai kata putus, pantang dibahas lagi. “Buat apa? Buang-buang waktu. Kayak enggak ada persoalan lain saja,” begitu alasan mereka. Masalahnya, apa yang mereka anggap buang waktu ternyata malah menjadi perhatian Anda.

Maklum, bagi perempuan, persoalan yang mengganjal di hati, memang sulit sekali dianggap selesai. Mulut boleh mengucap, “Oke, kita lupakan masalah ini.” Tapi dalam hati, nanti dulu! Untuk soal mengungkit-ungkit persoalan, mereka menganggap Anda hebat. Enggak ada matinya. Anda selalu menemukan celah untuk mengangkat persoalan itu ke permukaan.

Dalam melihat persoalan, pria dan perempuan memang berbeda. Laki-laki menginginkan persoalan cepat diselesaikan, setelah itu mereka akan melupakan. Sebaliknya pada perempuan, cenderung ingin membahas persoalan tersebut sampai tuntas, setidaknya sampai ia merasa puas dengan jawabannya. Biasanya persoalan apa saja yang mereka anggap sudah kelar, dan ternyata masih jadi unfinished business di mata Anda.

- Perselingkuhan
Anda tak akan pernah bisa melupakan persoalan itu. Minta maaf dan mengaku berdosa saja tak cukup untuk Anda. “Saya sudah mengaku salah dan meminta maaf padanya. Sampai pakai nangis segala. Saat itu kami berjanji untuk memperbaiki hubungan yang sempat retak itu. Saya benar-benar lega karena persoalan itu saya anggap sudah selesai. Namun, beberapa bulan kemudian, dia kembali membahas perselingkuhan itu. Itu terjadi beberapa kali, terutama saat kami bertengkar. Jadi bingung, harus dengan apa lagi ya membuat dia tidak mengungkit masalah itu lagi,” Rico, 21, Menikah, Manajer Promosi.

- Perempuan Lain
Suatu kali dia bercerita soal kekagumannya terhadap teman perempuannya. Memang dia tak membanding-bandingkan Anda dengannya, tapi tetap saja sebuah kesalahan besar jika ia memuji perempuan lain di depan Anda. Anda mengungkapkan ketidaksukaan itu, dia mengakui kekeliruannya dan meminta maaf. “Secara mulut memang dia bilang selesai. Awalnya, saya pun mengira seperti itu. Sampai suatu kali kami terlibat pertengkaran, eh dia kembali mengungkit-ungkit persoalan itu. Bukannya saya waktu itu sudah minta maaf padanya? Kenapa sekarang dipersoalkan lagi?” Echa, 25, Menikah, EO.

- Telat
Biasanya dia selalu berusaha on time saat janjian. Suatu kali karena alasan tertentu, dia terlambat satu jam. Anda pasti bete. Setiba di tempat, dia berusaha memberi alasan yang masuk akal. Saat itu Anda bilang, ”Enggak apa-apa kok, lain kali jangan begitu lagi ya.” Dasar lidah tak bertulang, begitu terulang lagi, Anda membuka masalah itu lagi. “Sekarang kalau saya telat, dia akan menyerocos mengatakan saya selalu terlambat seperti waktu itu. Yang nyebelin, dia tak bosan mendengung-dengungkan lagi kebeteannya menunggu satu jam di tempat yang tak dikenalnya.” Sulis, 22, Lajang, Penulis Naskah.

- Keuangan
“Uang sering jadi masalah dalam rumahtangga. Jujur saja gaji saya lebih kecil dari istri. Seharusnya dia mengerti masalah ini, karena sebelum menikah, kami sudah membahasnya panjang lebar. Saya kira dia cukup mengerti dengan kondisi ini. Setelah menikah, dia masih mengungkit lagi masalah gaji saya yang kecil. Saya pikir urusan ini sudah selesai pada malam itu. Ternyata dugaan saya salah. Sampai kini, persoalan ini tidak pernah selesai.” Prasetyo, 20, Bertunangan, Supervisor Resto Siap Saji.

- Masa Lalu
Sebelum Anda berdua resmi menjalin hubungan, dia punya masa lalu suram. Mungkin karena sedang dimabuk cinta, Anda mengatakan tak masalah dengan masa lalunya itu. Tapi itu terjadi sewaktu hubungan masih manis-manisnya. “Tapi sekarang, dia hobi banget membahas masa lalu saya. Saya capek harus menjelaskan berulang kali. Keingintahuan dia seperti tak pernah terpuaskan. Pasangan kerap mengucapkan, mengapa saya sampai terlibat pada masalah itu, bagaimana dia tahu hal itu tidak akan terjadi lagi kelak. Lama-lama saya memilih tak menjawab pertanyaannya.” Aryo, 21, Lajang, Arsitek.

- “Dosa” Orang Tua
Orangtuanya pernah berbuat salah, menyinggung berat perasaan Anda. Si Dia berusaha mencari jalan untuk mendamaikan Anda dan ibunya. Namun, ternyata masalah itu masih mengganjal di hati. “Pasangan tetap belum bisa menerima sepenuhnya kesalahan ibu saya. Dia masih merasa sakit hati oleh ucapannya waktu itu. Padahal, saya sudah memintanya melupakan itu semua dan berusaha memaklumi. Saya pikir dia sudah melakukan itu. Ternyata belum. Buktinya, dia selalu mengungkit masalah itu setiap kali dia kesal pada ibu saya.” Agung, 20,. tunangan, pegawai.

- Gurauan
“Pasangan pernah sempat senewen dengan gurauan saya. Salah saya juga sih membangunkan singa tidur. Saya pernah bergurau ingin mencari istri baru. Konteksnya pada saat itu kami sedang bercanda. Rupanya gurauan saya ditanggapi serius olehnya. Sudah berkali-kali saya bilang itu cuma bercanda, tidak usah diambil hati. Tapi dasar perempuan, tetap saja dia penasaran dan berusaha mengorek-ngorek saya di lain hari, hahaha… Apa kata bercanda belum cukup ya bagi perempuan?” Noval,15, lajang, pendidikan.

- Kebiasaan Buruk
Wajar kalau kebiasaan sulit sekali untuk diubah. Maklum, kebiasaan itu sudah melekat sejak kecil. Di awal hubungan, sebenarnya Anda sudah mengetahui kebiasaan buruknya ini. Namun, entah mengapa Anda tidak pernah bosan membahas hal tersebut. “Padahal, saya berkali-kali bilang, tidak ada gunanya mengubah kebiasaan buruk saya yang jorok. Saya pikir dia sadar diri dan kemudian mundur teratur. Eh, enggak tahunya, tetap saja dia ‘maju tak gentar’ terus-terusan mengomentari kebiasaan buruk saya yang sudah kapalan, hahaha…” Lucky, 16, Lajang, Pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar

Love is...
© ♥♥♥ aLL About Love ♥♥♥ - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace